"Hai, ayo dong belajar! Jangan tidur," ujarmu sambil tersenyum.
"Iya, habis dingin banget sih. Pasti enak deh ngumpet di balik selimut. Hm...". Aku langsung menutup mataku. Membayangkan nikmatnya bergelung di kasur di belakangku.
"Yuk, ngeteh sebentar. Lanjutin nanti aja belajarnya. Nih aku udah bawa cangkir sama gula. Mana tehnya? Kamu punya teh, kan?"
Aku tersenyum, mengangguk. Sudah lama juga kami tidak begini. Ngeteh malam-malam, sambil mengobrol tentang segala hal. Rasanya hangat, dan lapang. Dengan rapi dan cermat ia membuat ramuan tehnya yang terkenal nikmat. Tidak terlalu manis, dan kentalnya pas.
"Akhir-akhir ini kamu keliatan stress. Kerjaan lagi banyak ya?" tanyanya. Aku menatapnya dari balik cangkir tehku. Menyeruputnya sedikit. Ah, hangat. Karena teh ini, dan karena kau di sebelahku.
"Iya, lumayan. Majalah sekolah belum beres. Proyek itu harusnya udah selesai dua minggu yang lalu kalo mau tepat jadwal. Tapi yah, biasalah. Banyak ujian, fasilitas komputer dan laptop yang kurang mendukung, masalah dana yang kurang. Pokoknya hal-hal ini harus udah selesai sebelum Ujian Akhir. Nilai-nilaiku di ujian sebelumnya kurang memuaskan hasilnya. Beberapa remedial,"
Ia mengangguk-anggukkan kepalanya. Terdiam beberapa saat, menikmati teh hangat dan keakraban familiar diantara kami.
"Kuat. Jadi ketua harus kuat, ya," ujarmu sambil tersenyum dan menepuk-nepuk bahuku.
"Kamu ketuanya. Kamu harus bisa ngambil keputusan yang tepat dan bijaksana. Kamu udah dipercaya sama semuanya. Jangan cepet nyerah ya. Kalo ada apa-apa dan butuh bantuan, bilang aja. Kau tahu kau selalu bisa mengandalkanku,"
Aku tersenyum, mengangguk. "Tenang saja, aku akan baik-baik saja, kau tahu kan."
Kau pun tersenyum. Diam kembali menyelimuti. Membiarkan kita berdua berada dalam pikiran masing-masing. Ah kawan, pasti suasana seperti inilah yang nanti akan kurindukan. Ketika kita akan berpisah menuju jalan masing-masing. Menuju masa depan yang menanti kita. Masa depan yang kita inginkan, mungkin sekaligus kita takuti. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi, kan? Akankah kita punya waktu lagi untuk menyesap teh manis hangat seperti malam ini?
"Aku pulang dulu. Makasih ya teh manisnya. Hangat." ujarmu. Aku mengangguk. Setelah ia keluar dari kamarku, kubereskan semua sisa-sisa acara kecil kami malam itu. Di tengah kesibukan beres-beres, aku menemukan sobekan kertas kecil di karpet. Penasaran, kubuka lipatannya.
"Kau, kawan. Kau lebih menghangatkan dari sekedar teh hangat kita malam ini. Terima kasih :)"
Benar, kawan. Aku akan selalu bisa mengandalkanmu.
No comments:
Post a Comment