1.6.13

Gradiator dalam Kenangan

Satu tahun yang lalu, di jam ini, aku dan teman-teman sedang sibuk menanti salah satu hari besar dalam hidup kami. 2 Juni 2012. Hari wisuda angkatan kami, Gycentium Credas Disorator.

Gycentium itu rusuh. Gila. Kelakuannya aneh-aneh, malu-maluin, ngeselin. Tapi Gycentium itu keluarga. Dan Gycentium selalu ngangenin. Ah, salah, Insan Cendekia yang selalu berhasil memanggil rindu dengan berbagai cara :”



Wisuda tahun lalu, sayangnya nggak lengkap diikuti oleh seluruh dari kita. Ada beberapa yang nggak bisa ikut prosesi dari awal karena ikut tes STIS. Dan Bang Pai. Bang Pai yang harus pulang ke rumahnya karena ayahanda meninggal. Innalillahi.

Tapi wisuda tanggal 2 Juni itu begitu kita tunggu-tunggu, bukan?

Aku ingat saat proses pembuatan video terakhir, yang isinya foto-foto kenangan dari awal kita masuk hingga kelas tiga. Aduh. Kangen kan jadinya :”

Inget didandanin pagi-pagi buta sama mbak-mbak dari Wardah, terus waktu balik ke kamar ternyata anak-anak cowo di gedung sebelah masih asik ngegitar di J-1 wisuda -_-

Inget gimana aku sama Ara khawatir tentang baju wisuda yang dilaundry, sampai mewanti-wanti ke mas-mas laundry kalau bajunya nggak boleh sampai kenapa-kenapa.

Inget kalau satu hari sebelum wisuda, kita masih harus masuk kelas intensif SNMPTN Tulis buat belajar -_-

Inget ketika adik-adik Magnivic bikin acara Appreggios buat kita. :)

Inget seragamnya guru-guru waktu wisuda. Batik pink keunguan yang cantik :)

Inget pelukan, doa dan nasihat dari guru-guru di penghujung wisuda.

Inget foto angkatan terakhir kita di depan GSG. Rusuh banget, seperti biasa :’p

Inget dipaksa foto sama Yuska. hahaha. Konyol deh.

Inget terakhir kali melihat gedung H sebelum pulang ke rumah, gedung asrama yang biasanya ramai oleh canda tawa dan teriakan kita, terasa kosong dan sepi karena sebagian besar penghuninya sudah pulang.

Dan setelah itu semua…

Tanggal 3 Juni 2012, sehari setelah wisuda, aku terbangun di rumah dengan perasaan aneh. Padahal itu hari minggu, tapi nggak ada Ara yang bangunin anak kamar buat sholat Shubuh di masjid, nggak ada Ifa yang teriak-teriak galak buat bersihin asrama, nggak ada Nikari Anisah Hime yang manggil-manggil buat liqo ke bu Dini, nggak ada main-main sama kakak Nisa Nada dan Dedek Fauzan. Karena hari itu, aku sudah tidak lagi tinggal di asrama gedung H bersama kalian, Gycentium Credas Disorator :”

Tapi bagaimanapun, sampai kapanpun, Gycentium akan selalu menjadi keluarga. Tempat aku bisa menangis, tertawa, bercerita, bercanda, marah, kesal, tetapi mereka selalu membuka pintu untukku kembali pulang. :’)

14.11.12

Insan Cendekia: Kebahagiaan adalah Kebersamaan

Hello again! :)

Nah, pada kesempatan kali ini, mungkin saya mau sedikit berbagi kebahagiaan.
Beberapa waktu yang lalu, saya membaca sebuah buku yang ditulis oleh Eric Weiner, seorang jurnalis senior yang telah melakukan riset mengenai kebahagiaan di beberapa negara. Judul bukunya The Geography of Bliss. Uniknya, dari 10 negara yang dia jelajahi, tidak ada dua negara dengan faktor pembuat kebahagiaan yang sama. Setiap negara memiliki ciri masing-masing, memiliki rumus pembuat bahagianya sendiri.

Waktu baca buku ini, saya jadi inget Insan Cendekia. Karena sekolah saya tercinta ini adalah sekolah berasrama, saya dan teman-teman tidak bisa bebas keluar-masuk kampus. Maka, ketika mereka mendefinisikan bahagia sebagai berjalan-jalan di pusat-pusat perbelanjaan besar di kota-kota, atau memiliki gadget canggih agar tetap exist, kami di asrama memiliki cara sendiri untuk memaknai bahagia. Kami menciptakan Bahagia di Insan Cendekia.

Bahagia, bagi kami adalah ketika menjalani apel pagi bersama. Saling sapa, saling menggoda ketika ada salah satu dari kami yang berulang tahun, sambil sesekali mencomot makanan dari kotak bekal yang baru saja diambil dari kantin karena telat sarapan. Atau ketika musim ujian tiba, semua anak masih konsentrasi belajar. Ngebut. Berkutat dengan buku catatan di tangan, beramai-ramai menghapal rumus, bagai merapal mantra. Lalu berdoa bersama, dan beriringan berjalan menuju kampus tercinta. Bahagia ada ketika mengucapkan salam di depan pintu masuk sekolah. Tersenyum,  kemudian berlarian menuju kelas jam pertama, berlomba mendapatkan tempat terbaik di kelas (biasanya di pojokan, biar bisa nyender hehe)

Bahagia ada di perpustakaan sekolah kami yang luas, nyaman, dan berlimpah koleksi buku. Novel, ensiklopedia, buku-buku sains, buku-buku sejarah, sastra, kamus berbagai bahasa, komputer-komputer siap sedia, meja-meja besar tempat belajar dan berdiskusi, serta sofa-sofa besar yang empuk dan sangat nyaman (untuk ditiduri :p ). Atau di Ruang OSIS, tempat kami berdiskusi santai membicarakan berbagai program kerja, pembuatan proposal, pendanaan acara, konsep acara, dan sebagainya.

Bahagia, bagi kami adalah ketika berada di Masjid. Beristirahat sejenak setelah belajar setengah hari. Sembari mengambil air wudhu, celotehan dan gosip dari masing-masing kelas pun terlontar. Canda dan tawa kembali menggema. Kegiatan Sholat Berjama'ah dan taushiyah harian mengisi jiwa. Yang seru adalah, berlomba-lomba dengan ratusan siswa lainnya untuk lebih dulu sampai di kantin, agar mendapat tempat antrian pertama (soalnya kalau ngantri di awal, biasanya, dapet lauk lebih banyak ;)).. Namun ada juga yang tetap berdiam di masjid, melanjutkan dzikir dan sholat sunnah rawatib. Lalu membaca selembar atau dua lembar AlQur'an, baru kemudian menuju kantin.. (dengan perut lapar hehe)

Bahagia juga ada di sudut-sudut kantin. Saling bertukar sapa ketika mengambil air minum, atau ketika mengantre ambil makan. Walaupun menunya sering tidak sesuai selera, kami menikmatinya bersama. Bilang masakan kantin tidak enak, kurang ini, kurang itu.. Tapi kami tetap mengunyahnya, karena kami tahu tanpa mas-mas dan ibu kantin, tidak akan kami makan tiga kali sehari. Sambil makan, kami berceloteh tentang apapun atau mengamati kelakuan anak laki-laki yang porsi makannya.. (ckck). Kami bahagia, bahkan ketika makan di kantin yang tidak sesuai selera.

Bahagia juga ada di lapangan-lapangan bola kami. Ketika sore hari sepulang sekolah, pertandingan olahraga antar kelas digelar. Bersorak menyemangati kelas masing-masing, tertawa bersama, merasakan menang dan kalah bersama. Namun bukan gelar yang kami cari, melainkan kebersamaan satu kelas dalam berpartisipasi.

Bahagia juga ada di Kopinma, ketika sekolah usai dan kami menikmati jajanan ringan.. Kriuk Sepuluh-Ribu-Tiga menjadi andalan. Patungan ketika membeli, lalu dimakan bersama beramai-ramai. Tapi yang paling membahagiakan disini adalah... traktiran (tetep).

Bahagia, bagi kami adalah ketika bersama-sama duduk di lobby asrama, merubungi televisi 14 inchi yang layarnya bersemut, dan warnanya tidak sempurna. Menonton acara-acara televisi yang kadang aneh (dan kami tertawakan bersama), berceloteh mengomentari, riuh berseru ketika ada adegan yang seru. Inilah kami. Bahagia ketika bersama, walaupun dengan televisi seadanya.

Bahagia ada ketika pulang dari masjid selepas Isya'.. berjalan beriringan, selangkah-demi-selangkah, menikmati bintang.. menikmati semilir angin.. menikmati genggaman erat sahabat.. sambil berbincang, ringan, mengenai dunia, mimpi-mimpi, masa depan..

Begitu banyak bahagia. Apalagi di Insan Cendekia. Walau tanpa gadget, tanpa sarana Televisi, tanpa pusat-pusat perbelanjaan, tanpa gedung-gedung tinggi menjulang..

Karena Bahagia itu ada di dalam diri. Ia kita ciptakan sendiri. Dengan hati yang lapang, dengan senyum tulus ikhlas, Bahagia akan ada dimanapun kita berada.


Ditulis di Bandung,
 dengan penuh rindu pada kampus Insan Cendekia,
yang telah banyak mengajarkan bahwa Bahagia itu Sederhana.. :')

Kembali

Setelah sekian lama tidak membuka blog saya ini, rasanya... bosan dan ingin menggannti suasana, hehe. Selamat menikmati suasana baru :)

Hari ini saya kembali, menulis blog dan berbagi. Semoga selalu konsisten nih. Setidaknya satu tulisan setiap minggu. Bismillah...

Saya ingin kembali berbagi :)

9.10.12

Kembali Menggali Emosi, Mencoba Menata Diri


Halo :)

Lama banget ya gue ga nge-blog?
Padahal lewat tulisan-tulisan ini gue bisa merefleksi diri. Gue bisa melihat diri gue dari sisi yang lain waktu gue membaca kembali tulisan-tulisan gue yang lumayan acak-acakan di blog ini hehe. Tapi apa daya, beberapa kesibukan dan sedikit kemalasan yang terkadang menghampiri, sering menghalangi gue untuk kembali menulis dan berbagi di blog ini.

Alhamdulillah, secara fisik, kabar gue baik-baik aja hehe. Tapi akhir-akhir ini langit Bandung suka berubah-ubah, nih. Mendung, cerah, gerimis. Mulai masuk musim hujan sih ya. Jangan lupa ya teman, bawa payung kemana-mana. Jaga-jaga, mana tau kena hujan di jalan hehe. 
*back to topic* Mungkin yang kurang baik adalah mental gue. Batin gue yang akhir-akhir ini kayaknya jadi sering terombang-ambing. Gue merasa belum menemukan tempat yang tepat buat gue di ITB ini. Hh.. *lelah*

Yah, sudahlah yaa.. Kegalauan gue nggak usah gue tulis panjang lebar disini ya, ntar kalian yang baca juga ikutan galau lagi hehe
Yang mau gue syukuri sekarang adalah, dimanapun gue berada, sungguh, Allah begitu baik mendekatkan gue pada orang-orang yang luar biasa dan selalu sabar menemani dan mengingatkan gue yang masih labil (duh, kayak anak SMA aja ya. Padahal lo udah jadi mahasiswa, yam.. )

Seperti apa yang kak Urfa bilang beberapa waktu yang lalu, lewati saja semua ini dengan senyuman, yam :)
Menjadi emosional tidak semata-mata membuat manusia menjadi hina. Mungkin ini adalah salah satu cara diri kita membangun ketahanan yang lebih kuat di dalam sana. Dengan cara mengatasi yang benar, kegalauan-kegalauan itu akan terusir dengan sendirinya, kok. Bertahanlah, karena jalan menuju puncak selalu menanjak.

Dan tadi siang, seorang temen kembali mengingatkan, bahwa semua orang di tempat ini, di dunia ini .. punya masalah masing-masing, kok. Kita disini sama-sama Mahasiswa Baru, sama-sama banyak tugas, sama-sama mau UTS. Tapi mereka masih bisa ketawa-ketawa kok, bercanda sama temen-temennya. Dan efek senyuman itu luar biasa loh, yam..

Dan jika perlu menangis, menangislah..
Jika perlu mengadu, kembalilah .. 
Pada-Nya yang Maha Membolak-balik Hati
Mintalah pada-Nya agar diri
Sanggup kembali berdiri ketika terjatuh


Mungkin gue perlu mencari waktu dan tempat yang tepat untuk merenung, menyendiri, dan kembali meluruskan niat dan membersihkan hati ...


Bandung,  9 Oktober 2012
19:46 WIB
di kamar kosan, 
berdua sama Shella di malam Rabu ;)