Jadi, disini kita
sekarang. Pada sebuah waktu yang dihitung mundur menuju suatu pemberhentian. Pemberhentian
atas tindakan-tindakan massive kita bersama seperti dulu. Jejak-jejak
yang akan kita buat nanti mungkin tidak akan sedalam saat kita melewati tanah
basah bersama. Ribut-ribut yang akan hadir nanti mungkin tidak akan lebih rusuh
dari teriakan yell-yell kita saat ini. Roda yang kita gulingkan mungkin akan
menjadi lebih berat karena kita akan kembali menjadi masing-masing.
Di pemberhentian
nanti, lagu yang kita nyanyikan mungkin bukan lagi lagu yang penuh semangat
seperti yang biasa kita nyanyikan lewat tawa, tangis, dan marah kita seperti
dulu. Tapi aku tidak tahu pasti. Yang jelas waktu semakin membawa kita ke pemberhentian
itu dengan cara yang sangat halus dan lembut.
Bahkan sebenarnya
waktu telah mempermainkan kita dengan cara yang sangat elegan. Sejak awal kita
dipertemukan oleh tangan tak kasat mata disini, kita dibiarkannya menikmati
setiap detik, setiap saat kebersamaan yang kita sulam bersama. Perlahan, dan
dengan gerakan yang tidak disadari, waktu menumbuhkan ukhuwah diantara kita
dengan cara yang sangat manis. Kadang awalnya bisa sebuah pertengkaran dan rasa
kesal, atau bisa juga kekaguman yang tersimpan dan tidak terungkap. Dengan
lembutnya, waktu membuka itu semua dan merajutnya menjadi satu kesatuan.
Menjadi sebuah ukhuwah yang dikuatkan dengan doa rabithah setiap pagi dan
petang.
Dan tidak ada yang
menyadari, betapa sebenarnya permainan ini telah memberi kita lebih banyak hal
dari pada yang kita rasakan. Lewat senyum dan tawa kita, aku selalu merasa aku
tidak akan pernah bersedih. Lewat obrolan tidak penting kita, aku tahu aku
selalu didengarkan, seremeh apa pun hal yang aku bicarakan. Lewat rangkulan
kita, aku merasa dimiliki dan dikelilingi oleh orang-orang yang tidak akan
berhenti menyayangiku. Lewat curhat dan rangkulan kita, aku merasa waktu akan
selamanya damai seperti saat itu. Bahkan, lewat marah dan benci kita –atau
lebih sering aku terhadap kalian, tepatnya- aku tetap merasa hangat berada di
tengah kalian. Tidak peduli sekeras apa wajah yang aku tampakkan, selalu ada
celah dalam kalian yang selalu memaafkan.
Kadang aku berpikir,
saat aku marah terhadap kalian, siapakah sebenarnya yang jahat? Ego ku sering
berkata bahwa aku benar dan kalian salah. Kalian semestinya begini dan bukan
begitu. Tapi hangat yang aku rasakan memaksaku meredam semuanya. Sehingga yang
bisa aku lakukan hanya menangis karena merasa sayang dan benci disaat yang
bersamaan.
Tapi aku selalu suka
cara kalian membuatku tertawa dengan hal-hal tidak penting. Gosip. Artis.
Kejadian konyol yang kita alami hari itu. Pengalaman unik waktu SMP. Teman-teman
lain. Bahkan adik kelas. Betapa cara kalian memperkenalkan aku pada kebahagiaan
yang sederhana begitu menawan.
Aku suka hal-hal
menarik di luar IC yang kita lakukan bersama-sama. Study kolaboratif selalu
menjadi favorit kita dibanding kegiatan lainnya. Pangandaran, Bandung, Lampung.
Tidak peduli dimana tempatnya, kita adalah kita. Rusuh. Susah diatur. Sering
membuat guru kesal sekaligus tertawa disaat bersamaan. Dimarahi seangkatan
sepertinya sudah biasa. Tapi dengan rasa terbiasa itu kita tidak menjadi masa
bodoh dan tak acuh. Kita berusaha bangkit dan memperbaiki diri.
Aku suka cara kalian
memberi semangat satu sama lain. Menulis surat, memberi hadiah, atau hanya
dengan ‘chemungudh’ kita yang diiringi dengan tawa. Aku senang cara kalian
membuatku merasa memiliki keluarga disini. Aku senang cara kalian membuatku
merasa nyaman, dan melupakan kerinduanku pada rumah, meski hanya sebentar.
Dan setelah begitu
banyak kejadian kita jalani, kita menjadi dewasa dengan cara yang tidak dapat
dijelaskan. Pertemuan hampir setiap saat membuat aku mengerti tentang perbedaan
pribadi. Interaksi hampir sepanjang hari menumbuhkan perasaan untuk saling
mengerti dan berbagi. Perbedaan pendapat mengajarkanku untuk mengalah dan
bersabar. Berada bersama kalian, aku menyadari apa saja yang bisa aku lakukan.
Berada bersama kalian, aku tahu bahwa aku begitu berarti, karena kalian selalu
menangis saat salah satu dari kita pergi lebih dulu. Berada bersama kalian, aku
merasa aku adalah orang hebat yang berada diantara orang-orang hebat. Kalian
memotivasiku untuk tidak menyerah sampai akhir. Kalian menguatkan ketika aku
rapuh. Kalian membangkitkan ketika aku jatuh.
Lihat? Betapa mudahnya
kita terbawa dalam permainan waktu ini. Tidak terasa 3 tahun sudah kita lewati
bersama-sama. Dengan tawa, tangis, marah, juga sayang. Maka dari itu, saat ini
aku merasa sedih membayangkan pemberhentian kita nanti. Aku sedih membayangkan
hari terakhir kita memakai seragam putih abu-abu. Aku sedih membayangkan harus
mengakhiri segala rutinitas yang biasa kita lakukan bersama. Apel. Shalat
berjamaah. Makan di kantin. Mengobrol di kamar sampai larut. Belajar bersama.
Menggedor pintu kamar mandi supaya dapat giliran mandi dan tidak telat apel. Bahkan
sekedar duduk-duduk di saung sambil menikmati gorengan atau mie instan.
Sebelum ini semua
benar-benar terhenti. Sebelum jarak memisahkan kita lebih jauh. Sebelum hati
kita mulai mendingin dan kembali menjadi masing-masing. Aku meminta maaf untuk
semua salah dan perbuatanku yang tidak menyenangkan. Maaf karena aku belum bisa
menjadi seseorang yang dapat membesarkan nama kita, Gycentium Credas Disorator,
dengan baik. Maaf karena aku sering egois dan tidak mau mengerti.
Terima kasih atas
semua yang telah kalian berikan dalam hidupku. Aku memiliki sebagian masa-masa
terbaik dalam hidupku bersama kalian.
Terima kasih karena mengajarkan aku
banyak hal.
Terima kasih untuk semua perhatian dan kehangatan persahabatan yang
kalian berikan.
Terima kasih untuk semua semangat dan energy positif yang
menguatkan aku.
Terima kasih untuk selalu menyayangiku meski kadang aku
menyebalkan.
Terima kasih karena selalu memaafkan. Terima kasih karena selalu
mengerti.
Gycentium, meski kita
belum menjadi angkatan yang terbaik,untukku, kalian tidak akan pernah bisa
digantikan dengan apa pun. Kita ini Gycentium. Yang rusuh. Yang susah diatur.
Tapi membuat banyak kenangan indah yang sulit dilupakan…
Waktu terus berjalan.
Dan permainan ini akan semakin mendekati akhir. Pemberhentian sementara kita
menunggu. Setelah itu, kita akan kembali bergerak, mendorong roda kehidupan
bersama teman-teman baru, kehangatan baru, juga diri kita yang baru.
Semoga kehangatan
ukhuwah kita selalu terjaga dalam keridhoan Allah…
“Allahumma innaka
ta’lam ‘anna hadzihil qulub… qadijtama’at ‘ala mahabbatik… wal taqat ‘ala
tha’atik… wa tawahadat ‘ala da’watik… wa ta’ahadat ‘ala nusyrati syari’atik…
fawatsikillahumma rabithathaha… wa ‘adhdhim wuddaha… wah diha subulaha…
wamla’ha binurikalladzi la yakhbu… wasyarah suduraha bifaidil imanibik… wa
jamilit tawakkuli ‘alaik… wa ahyiha bima;rifatik… wa amitha ‘ala syahadti fi
sabilik… innaka ni;mal maula wa ni’man nashir… Allahumma amin…”
ditulis oleh Nisa Karima, untuk video Apreggios.